Dibutuhkan beberapa ide dan pemikiran baru untuk selalu melakukan penyegaran pada usaha toko kita. Namun jangan sampai berkonsentrasi terlalu keras bagaimana mempertahankan usaha, hingga kita lupa untuk menerapkan ide yang sudah ada, dimana kita menjadi kehilangan senyum di belakang meja kasir saat pelanggan datang.
:-)
Berikut kami berikan contoh beberapa strategi dan ide untuk meningkatkan daya saing toko/minimarket rumahan, diantaranya :
Pelayanan
"Layanan pelanggan sangat penting untuk menggerakkan bisnis, jika pelanggan datang ke toko kami tapi kemudian tidak disambut dengan baik, maka mereka hanya akan mengingat hal-hal buruk dan tidak akan kembali." kata Daniel Hill dari SPAR Irlandia.
Kemudian yang dilakukan Daniel adalah membuat naskah untuk kasir untuk memastikan mereka ingat untuk tersenyum, mengobrol dan melakukan kontak mata dengan pelanggan. Staf juga menggunakan waktu mereka dengan pembeli untuk menawarkan produk tertentu. Menurut penelitian, 81% pembeli tidak keberatan jika staf menyarankan sebuah produk untuk dibeli.
Contoh sapaan dan komunikasi pada toko kelontong :
- Ucapan sambutan selamat datang :
- “Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam, Pak/Bu? Ada yang bisa kami bantu?”
- “Silahkan, cari apa Pak, Bu?” _dalam hal ini jika kita mengenal pelanggan, maka sebaiknya kita sebutkan nama mereka.
- Menawarkan barang substitusi/komplementer. Dalam hal ini, pada saat pelanggan telah selesai membeli sesuatu dan akan membayar, maka tidak ada salahnya kita menawarkan produk pelengkap untuk produk yang mereka beli.
- Misalkan mereka membeli kopi, maka “Tidak sekalian dengan gulanya, Pak/Bu?”
- Misalkan mereka membeli teh, maka “Tidak sekalian dengan biskuit/susu/krimer pak/Bu?
- Menawarkan barang yang sedang promo/turun harga/saat kualitasnya baik
- “Sekarang pampers sedang turun harga lho Pak/Bu, Tidak sekalian?”
- “Sedang ada promo beli sabun gratis gelas Bu, mumpung masih ada lho, tidak sekalian?”
- “Nanti sore beras yang wangi seperti kemarin itu ada stok baru lho, sekalian pesan dulu nanti diantar”
- Ucapan Terima Kasih
- “Terima Kasih Pak/Bu..”
- “Terima kasih ya Pak/Bu, silakan dihitung kembaliannya”
Toko kelontong/minimarket rumahan sebenarnya memiliki potensi lebih dalam hal sapaan ini, karena kita lebih fleksibel dalam percakapan yang dilakukan, tidak seperti staf supermarket yang memiliki prosedur operasional yang telah ditetapkan.
Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari tiga perempat konsumen menyetujui bahwa staf toko kelontong dan minimarket rumahan lebih ramah dan komunikatif apabila dibandingkan dengan staf minimarket waralaba atau bahkan supermarket besar yang hanya melakukan sapaan sebatas pada tugas pelayanan mereka.
Sementara itu, 86% konsumen setuju bahwa berbelanja di dekat rumah lebih praktis dan cepat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari apabila dibandingkan dengan berbelanja di pusat-pusat perbelanjaan.
Apa yang akan kita kembangkan dari potensi komunikasi yang baik antara pemilik toko dan pembeli yang telah saling mengenal dari sebuah toko rumahan?
RUANG
Kelemahan yang dirasakan dari toko-toko kelontong / minimarket rumahan adalah ukuran ruangnya yang terbatas untuk menghadirkan penawaran yang kompleks kepada pelanggan dalam satu atap. Pengalaman berbelanja Mark Canniford dari Spar, mengatakan bahwa kuncinya adalah membuat setiap inci persegi dari toko bernilai ekonomis.
"Ini bukan tentang ukuran toko Anda. Namun begitulah cara Anda menggunakan ruang yang Anda miliki, "katanya.
Cukup dengan beralih dari rak ukuran standar ke rak gondola wall tingkat tinggi, Mark telah menambahkan ruang kosong tambahan seluas 60m.
Pengalaman ini tentu saja mudah kita terapkan untuk toko kita. Menata display toko kelontong menjadi lebih menarik dengan menghadirkan rak-rak gondola berkualitas.
[Baca Juga : Layout & Kebutuhan Rak Untuk Minimarket Rumahan]
Kestabilan Stok barang
Ketika konsumen kehabisan sesuatu di rumah, dan membutuhkan sebuah produk mendadak, atau perlu barang tambahan untuk melengkapi item utama (barang komplementer), kemungkinan besar mereka akan pergi ke toko kelontong/minimarket rumahan, daripada pergi ke supermarket, dengan alasan mereka akan lebih cepat dan praktis untuk memperoleh produk tersebut. Bahkan, 85% konsumen percaya jika mereka lebih mudah belanja toko daripada mengunjungi supermarket saat ada kebutuhan yang mendesak. Sehingga dalam kondisi ini, strategi yang dilakukan adalah menjaga stok dan harga tetap stabil untuk produk komplementer dan kebutuhan sehari dalam kemasan kecil/ecer.
Mengatur persediaan barang dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti sistem FIFO, LIFO, AVCO, dan FEFO. Selain itu dalam penataan barang di rak, kita mengenal planogram untuk membantu memberikan panduan dan pengecekan terhadap ketersediaan barang.
Permainan Harga
Dalam mengelola toko kelontong kita dihadapkan pada perubahan harga yang tidak stabil pada beberapa produk tertentu, hal ini tentu membutuhkan strategi yang cerdas dalam menghadapinya.
Kita semua menginginkan menjual produk dengan harga paling murah bila dibandingkan dengan kompetitor, hal ini bisa disiasati dengan permainan harga terhadap flow barang. Kekuatan utama toko kelontong adalah pada barang-barang kebutuhan sehari-hari yang dijual dalam kemasan kecil/eceran. Membeli stok dalam jumlah besar saat harga turun, buka salah satu solusi terbaik, karena saat muncul varian baru, maka prosuk tersebut tidak lagi dapat dijual karena akan menurunkan performa pelayanan kita.
Salah satu cara yang dapat kita gunakan adalah kita sebaiknya mengenali mana kategori barang yang merupakan fastmoving dan barang slow moving. Kita dapat menjual barang fast moving dengan margin harga terendah, sedangkan pada barang slow moving kita dapat menerapkan harga terbaik. Margin harga rendah pada barang fast moving akan tertutup dengan akumulasi keuntungan pada jumlah penjualan yang banyak.
Selain cara diatas, kita dapat menerapkan startegi pemanfaatan promo kompetitor seperti yang telah kita bahas sebelumnya pada artikel Bersaing dengan Alfamart dan Indomaret.
Beberapa Ide cerdas dan unik lainnya pernah kita bahas juga pada artikel 9 Cara Cerdas Meningkatkan Penjualan Toko Kelontong Modern]
Comments
Post a Comment